Connect with us

Semarangan

Meraup Untung dari Wisata dan Kopi, Mas Tri – Lulusan Undip Semarang

Lulusan jalur Planologi Kampus Diponegoro, Semarang, itu jadi pebisnis karena kecermatan manfaatkan kekuatan yang ada. Tri, demikian panggilannya, memulai usahanya dengan membuat usaha transportasi tur and travel lewat nama Khatulistiwa.

Photo: Kompas.com

Published

on

Jadi wiraswasta muda pasti perlu kepandaian untuk manfaatkan kesempatan. Selainnya harus pandai, wiraswasta muda dituntut inovatif membaca pasar. Begitu panduan dari wiraswasta muda yang CEO Gajah Keeng Grup, Tri Wahyudi. Lulusan jalur Planologi Kampus Diponegoro, Semarang, itu jadi pebisnis karena kecermatan manfaatkan kekuatan yang ada. Tri, demikian panggilannya, memulai usahanya dengan membuat usaha transportasi tur and travel lewat nama Khatulistiwa.

Di sektor yang serupa, katanya, telah ada beberapa puluh usaha yang serupa di daerah Tembalang. Oleh karenanya, ia harus peras otak supaya usahanya masih tetap jalan. Ia lalu manfaatkan hobynya naik gunung sebagai pangkalan khusus. Usaha transportasinya mengarah pelancong yang akan berekreasi. “Usaha saya awal tahun 2009 . Maka, saya bikin usaha berdasarkan hoby yang dibayarkan,” kata Tri, share narasi, Jumat (2/12/2016)

Bermodal ulet, usaha pria kelahiran Aceh itu berkembang saat memperdalam sektor online. Usaha sektor transportasinya dapat dijangkau lewat online, bahkan juga pemesanan ticket dapat lewat online. Skema dasar usahanya juga diganti, dari sebelumnya usaha manual menadi berbasiskan ticket online. Dia lalu memusatkan usaha tour layani luapan pelancong di luar Pulau Jawa untuk berekreasi di beberapa tempat wisata. Tri juga unggul beberapa langkah dibandingkan usaha travel di teritori Tembalang yang banyaknya sekitaran 20 usaha. Kerja inovatif menyaksikan pasar direalisasikan ke baris usaha bisnis. Walau sebenarnya upayanya diawali saat ia masih kuliah semester III. “Sejauh ini pelancong di luar jawa jika rekreasi dapat sampai 10 hari, bahkan juga 21 hari, itu lama sekali. Layanan angkutan umumnya tur travel, walau sebenarnya ini kan rekreasi. Semenjak itu, kami inovatif menyaksikan bagian lain,” tutur Tri.

“Kita tidak cari untung dari ticket, tetapi cari mitra usaha yang dapat dikerjasamakan dalam jangka panjang,” tambah ia kembali. Kegigihan upayanya lalu tercium dunia usaha dan difasilitaskan Bank Berdikari. Ia dikasih sarana peningkatan sumber usaha, sampai trick membuat usaha jadi inovatif. “Jika kita inovatif, rejeki tentu tertutup,” katanya. Toren Coffe Sesudah berkembang, Tri lalu membuat usaha baru. Saat pulang desa halaman di Takengon, Aceh, ia merasakan kopi disekelilingnya dipasarkan murah. Walau sebenarnya, kopi Gayo dikenali sebagai kopi dengan cita-rasa tinggi. Ia juga memeras otak supaya kopi di daerahnya dapat diperkenalkan, dan dipasarkan pada harga tinggi. Beberapa penelitian dilaksanakan dan berunding dengan beberapa komune kopi sampai akhinya mendapati satu formulasi, yakni kopi luwak gayo. Kopi luwak lalu di-branding ke baris usaha namanya “Toren Coffe”. “Orang Takengon jual kopi murah, lalu saya bikin merek baru, lalu mencari kopi Luwak. Saya penelitian, orang kelas eksklusif umumnya senang kopi luwak. Saya coba dan rupanya sukses,” tutur Tri.

Toren Coffe hasil branding-nya juga memetik untung berlipat di pasar. Tiap 1.000 gr kopi dikasih harga promosi Rp 1,tujuh juta. Walau sebenarnya harga standard 1.000 gr sekitaran Rp 2,lima juta. Tiap bulan, ia dapat hasilkan sekitaran 20-30 kg kopi luwak Gayo. “Pasar saya kirim ke Amerika, ada pula Rusia. Orang Amerika senang kopi semacam ini,” lebih Tri. Ia juga menggerakkan anak muda sekarang ini untuk pandai pilih yang ada, dan mahir berbicara sebagai modal usaha. Dunia luar, katanya, senang pada hal yang alami. Kopi luwaknya pun tidak memakai perlengkapan kekinian. Biji kopi dikeringkan lewat matahari. “Yang kekinian paketannya saja. Lantas saya jual berbentuk gr, bisa keuntungan cukup. Baris usaha mengarah kelompok menengah atas,” paparnya.

Tri juga masih ingin membentuk bisnis anyarnya di sektor rekreasi. Karena rekreasi sekarang ini jadi prospect baru, dia usaha membangun cottage di Sabang, Aceh. Consumer Banking Head Bank Berdikari Region Jawa tengah dan DIY Rudi As Atturidha menjelaskan, prospect wiraswasta muda dapat dipertajam. Faksinya cari usahawan mana yang inovatif dan perduli di lingkungan sekitaran. Kemudian, perbankan akan memberikan fasilitas peningkatan usahanya. “Mengapa gojek baru terkenal satu 2 tahun ini, karena ada penyandang dana yang mengongkosi,” lebih ia.

Semarangan

Cantik dan Berhati Lembut, Kisah Pengusaha Semarang

Dea mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Melalui usaha yang dirintisnya, dia bisa mengaryakan beberapa puluh difabel untuk produksi batik. Siapa Dea Valencia ini?

Published

on

Photo: Merdeka.com

Sudah cantik, berhati halus juga. Itu yang ada dalam diri Dea Valencia. Pendesain grafis asal Semarang yang menjadi seorang pebisnis sukses di umur muda. Dengan usaha “batik kultur” yang dia punyai, produk batik Dea sukses tembus pasar internasional.

Bukan hanya sukses, Dea punyai cerita menginspirasi yang mengunggah hati. Dea mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Melalui usaha yang dirintisnya, dia bisa mengaryakan beberapa puluh difabel untuk produksi batik. Siapa Dea Valencia ini?

Tolong Mama Jualan Batik

Keberhasilan Dea sekarang ini sudah dirintis semenjak kecil. Saat kecil, Dea rajin menolong ibunya jual pakaian batik usang. Diambil dari Liputan6.com (25/3/2019), selainnya jualan batik, Dea kerap membaca buku yang terkait dengan batik.

Oleh karena itu pada akhirnya dia jatuh hati dengan kain ciri khas Indonesia itu dan memulai menekuninya sebagai usaha.

Ingin Punyai Pakaian Elok

Liputan6.com menyebutkan, kesayangan Dea lewat produk batik kultur berawal saat Dea ingin mempunyai pakaian elok sama seperti yang dia ingin. Karena tidak dapat membeli pakaian sendiri, dia selanjutnya memotong-gunting sendiri batik usang dan menjahitnya dengan mode yang dia harapkan.

Mengawali Usaha

Cerita batik kultur diawali dari seorang penjahit yang ada di pojok tempat tinggalnya. Dea sendiri saat itu sesungguhnya tidak dapat membuat desain pakaian. Karenanya, ia cuman memercayakan khayalan yang selanjutnya dia kirim ke seorang juru gambar kepercayaannya.

Dalam mengawali upayanya, Dea tidak mau jual sebuah produk yang dia sendiri tidak senang. Perihal ini pula yang selanjutnya jadi kunci keberhasilan Batik Kultur pada tangan Dea Valencia.

Omzet Beberapa ratus Juta

Batik kultur mendapatkan tanggapan yang mengagumkan di pasar, khususnya untuk beberapa pencarian barang secara daring. Dea mengaku jika keberhasilan usahanya tidak terlepas dari peranan sosial media seperti Facebook dan Instagram.

Oleh karena itu dia sukses mendapatkan omzet beberapa ratus juta rupiah dalam sebulan. Keberhasilan yang dicapai Dea tidak dia peroleh secara sesaat mata. Ada kesabaran dan usaha keras saat menjalankan usaha yang dia tekuni.

Mengaryakan Pegawai Disabilitas

Dea ditolong 120 orang pegawai dalam jalankan upayanya. Beberapa dari mereka sebagai penyandang disabilitas yang mempunyai semangat dan usaha keras dalam mengusung batik kultur. Masalah mengaryakan pegawai disabilitas itu, Dea memiliki argumen sendiri.

“Saya ingin memberi mereka peluang untuk memberi kontributor dibalik ketidaksamaan mereka. Rupanya ada beberapa pelajaran yang bisa diambil pada mereka seperti kesabaran dan semangat untuk belajar,” tutur Dea dikutip dari Liputan6.com (25/3/2019)

Ingin Kuliah di Luar Negeri

Dea telah masuk ke dunia perkuliahan saat dia masih berusia 15 tahun dan mendapat gelar sarjananya di umur 19 tahun. Saat itu, dia megnaku motivasi awalannya untuk jualan batik ialah cuman ingin hasilkan uang sendiri. Saat itu mimpi intinya yang belum diwujudkan sampai sekarang ialah berkuliah di luar negeri.

“Ingin meneruskan sekolah di luar negeri. Tetapi sampai saat ini belum kesampaian karena masih meneruskan usaha batik ini,” kata Dea.

Continue Reading

Semarangan

Top 10 Kuliner di Semarang

Published

on

Image : shutterstock

Rekomendasi kuliner yang lezat-lezat di Semarang, ada tahu, ayam, lumpia, dan beragam maca makanan. Pokoknya siang seru deh..nonton aja udah bikin ngiler, yuk jadi langsung diicipin harga-harganya pun terjangkau. Video rangkuman tempat kuiner semarang ini diambil dari Nyla Criz – youtube, terima kasih kak.

Continue Reading

Semarangan

Oleh-oleh Kuliner Khas Semarang

Bila Anda sedang liburan ke kota Semarang, ada banyak cindera mata ciri khas Semarang yang jangan dilewati.

Published

on

Photo: Kompas.com

 

Liburan atau jalanan dalam suatu kota tidak komplet rasa-rasanya bila tidak bawa oleh-oleh. Apa lagi bila wilayah terebut mempunyai beberapa oleh-olehan ciri khas yang terkenal. Bila Anda sedang liburan ke kota Semarang, ada banyak cindera mata ciri khas Semarang yang jangan dilewati. Karena selainnya makanan ada pula cindera mata berbentuk barang. Selengkapnya yok baca oleh-olehan ciri khas Semarang dalam pembahasan ini.

Janganlah lupa bawa pulang oleh-olehan ciri khas Semarang yang modern, bertahan lama dan harga dapat dijangkau

1. Bandeng Presto

Makanan satu ini menjadi opsi oleh-olehan karena terhitung bertahan lama. Banyak wilayah yang mempunyai bandeng presto, tetapi ciri khas Semarang jangan dilewati demikian saja. Ikan bandeng fresh yang diolah dengan bumbu khusus seperti bawang putih, garam dan kunyit ini selanjutnya dialasi dengan daun pisang. Selanjutnya diolah pada panci presto supaya tulangnya lunak.

Untuk memperoleh oleh-olehan ini Anda dapat berkunjung salah satunya pusat oleh-olehan Bandeng Presto yang terkenal. Bandeng Juwana Elrina jadi yang terpopuler dan ada di Jl. Pandanaran 57 dan Cabangnya berada di Jl. Pamularsih 70 Semarang. Bandeng ini dibungkus sama ukuran yang lain dan harga yang lain juga. Ukuran paling kecil dibanderol dimulai dari Rp. 64 ribu sampai Rp. 71 ribu bergantung ukuran dan didalamnya.

2. Lumpia Semarang

Semarang dikenali sebagai kota Lumpia, dan Anda harus jadikan makanan ini sebagai oleh-oleh. Anda bisa mendapati olahan ini di beberapa pojok kota Semarang. Salah satunya lokasi yang jual lumpia terenak ialah Lumpia Mataram. Untuk memperolehnya Anda dapat ke arah Jl. Mataran dan Jl. Kedungmundu Raya No. 16. Bila Anda seorang muslim seharusnya Anda pesan lumpia yang sudah mendapatkan sertifikat halal.

3. Wingko Babat

Oleh-olehan ciri khas Semarang yang dapat Anda membawa pulang setelah itu wingko babat. Olahan dari tepung ketan dan kombinasi kelapa yang membuat rasanya benar-benar ciri khas. Untuk memperoleh panganan ini Anda dapat ke arah pusat oleh-olehan di Jl. Pandaranan Semarang. Wingko babat dipasarkan dengan beragam merek dan harga yang lain.

4. Tahu Bakso

Cemilan dan jajan berbentuk Tahu Bakso jadi hal yang jangan dilewati demikian saja. Karena oleh-olehan dari Ungaran ini begitu nikmat dan cocok jadi oleh-olehan. Merek terkenal ialah Tahu Bakso Bu Pudji yang ada di Jl. Jendr Sudirman No 156 Langensari. Oleh-oleh ini ada yang versus goreng dan rebus hingga dapat diputuskan sesuai dengan selera anda. Tahu Bakso ini termasuk juga oleh-olehan yang tahan lama dan tahan dibawa perjalanan.

5. Ganjel Rel – Roti

Roti yang seperti penahan rel kereta api bisa Anda menjadikan oleh-olehan famili di dalam rumah. Kudapan harus di saat acara pawai mendekati Ramadhan ini sedikit susah di dapatkan pada hari biasa. Tetapi Anda masih tetap dapat mendapati jajan manis di di Jl. Pandanaran. Ada banyak toko yang sediakan roti ini pada harga mulai Rp. 20 beberapa ribu untuk satu kotaknnya. Roti ini mempunyai cita-rasa legit yang paling sedap.

6. Tumpi

Tumpi sebagai makanan kering ciri khas Semarang yang bisa juga dijadikan oleh-olehan. Memiliki bentuk seperti peyek dengan topping kacang hijau yang mempunyai rasa renyah dan gurih. Anda dapat memperolehnya di sentra industri keripik di Karangbolo, Dusun Lerep, Ungaran. Selainnya harga murah, oleh-olehan ini bisa juga tahan lama. Tetapi yakinkan Anda menyimpan dengan berhati-hati ingat teksturnya yang gurih.

Continue Reading

Copyright © 2021 GOWEBBAGUS News. All Right Reserved